Pages

Selasa, 12 Mei 2015

Mistifikasi Irwan Sumenep


Tak ada yang lebih menghebohkan di tahun 2015 ini di Madura, yang melebihi gegap gempita masyarakat terhadap Irwan. Ya, pemuda dengan nama lengkap Irwan Krisdiyanto ini tengah menjadi idola baru bagi masyarakat Madura khususnya warga Sumenep. Namanya mencuat setelah menembus tiga besar kontes Dangdut Academy (DA) 2 yang diselenggarakan oleh Indosiar. Menariknya, kehadiran sosok Irwan disambut warga dengan sangat antusias. Hal ini terlihat dari hadirnya ribuan massa yang memadati kota Sumenep saat Irwan berkunjung saat jeda libur kontes.

Jika ditelisik, sebenarnya Irwan bukanlah orang Madura pertama yang karirnya cemerlang di belantara musik dangdut tanah air. Sekadar menyebut contoh, sebelumnya ada nama-nama tenar macam Imam S. Arifin, Jhonny Iskandar, dan Yus Yunus. Mereka merupakan trio yang sempat merasakan manisnya popularitas sebagai artis dangdut. Kini, layak dikatakan sebagai panggungnya Irwan. Namanya sedang meroket, yang bisa jadi lebih bersinar dibandingkan nama Arya Wiraraja, tokoh Madura dan raja pertama Kabupaten Sumenep.

Kamis, 30 April 2015

Semua Bayi Ajaib






Beberapa waktu yang lalu saya mendapat kabar dari seorang teman yang mengatakan bahwa di daerah Sumenep ada seorang perempuan muda yang belum menikah melahirkan bayi laki-laki tanpa melalui proses kehamilan. Ia kabarnya melahirkan setelah dua malam sebelumnya secara berturut-berturut bermimpi ular. Awalnya saya tidak tertarik dengan kabar tersebut. Namun, setelah kabar tentang bayi yang lahir tanpa proses hamil begitu merebak di kalangan masyarakat dan sudah menjadi konsumsi media saya pun tertarik mengetahuinya lebih jauh.

Rabu, 11 Maret 2015

Menatap Tahun Bebas Narkoba



National Institute on Drug Abuse (NIDA) menjelaskan bahwa penyalahgunaan narkoba dapat membidani lahirnya masalah pada kesehatan, permasalahan sosial,   kekerasan, kematian, pembunuhan, bunuh diri, serta ketergantungan fisik dan psikologis. Bagi negara yang gagal mengendalikan peredaran dan penyalahgunaan narkoba, imbasnya bukan sekadar dirasakan oleh para korban penyalahguna seperti rusaknya mental, melainkan juga rusaknya sistem sosial di lingkungan masyarakat, atau bahkan kerugian ekonomi yang cukup besar.

Kerugian negara karena dampak sosial dan krisis ekonomi yang ditimbulkan oleh kasus narkoba menurut catatan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2011 berkisar 42,8 triliun. Belakangan ini, bukan tidak mungkin mengalami peningkatan seiring dengan masih rendahnya daya imun masyarakat terhadap peredaran narkoba. Bagaimana tidak, seseorang yang sudah bertitel guru besar di sebuah lembaga perguruan tinggi bisa tergiur dengan barang haram yang memiliki efek candu tersebut.

Selasa, 10 Maret 2015

Psikologi Islami: Menuju Psikologi Holistik-Aplikatif (Sebuah Refleksi Kritis)*

Intisari

Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk memaparkan tantangan dan prospek psikologi dalam  dunia akademik terutama lembaga yang concern dalam kajian ilmu keislaman baik organisasi ataupun lembaga pendidikan secara umum. Sekaligus menyoroti kecakapan-kecakapan  psikologi Barat yang telah diberikan kepada mahasiswa Jurusan Psikologi UIN Sunan Kalijaga dalam pelbagai diskusi kampus pada khusunya, dan untuk Perguruan Tinggi Islam yang lain. Penulis kemudian berusaha melihat kesesuaian antara kebutuhan pendekatan keislaman dalam dunia keilmuan psikologi tersebut dengan tetap memahami kerangka teoretik psikologi kontemporer. Pada akhirnya, penulis berusaha menawarkan wacana alternatif yang dapat dilakukan untuk menambah keseriusan pengembangan keilmuan, yaitu sumbangsih diskursus secara implisit di dalam proses pengembangan keilmuan yang integralistik.

 A. Pendahuluan

Keberadaan agama bagi umat manusia bukanlah sekadar rutinitas sakral yang menuntut untuk dikultuskan. Di dalamnya terkandung hikmah universal yang bisa dihayati secara lebih eksplisit terkait dengan problem sosial berikut pemecahannya. Saat ini,  keberagamaan seseorang di tengah modernitas belum menyentuh pada kesadaran total yang berimbang antara keyakinan dan pengaplikasiannya, bahkan seringkali ditemukan reduksi keyakinan dan disorientasi iman yang tidak disadari ataupun secara sengaja memicu lahirnya kekacauan hidup. Sikap ini bisa memunculkan penyakit psikis baik individual ataupun sosial, terlebih lagi kaum yang tidak beragama hampir dipastikan kondisinya lebih miris.

Sabtu, 18 Oktober 2014

Makaryo, Timnas U-19 dan Ajaran Khidir



Kegiatan Maiyah kali ini, senin, 17 Oktober 2014 mengangkat topik “Khalaqah Baginda Khidir”. Topik yang bulan-bulan ini menjadi concern kajian Maiyah dan NM (Nahdlatul Muhammadiyin). Namun, kehadiran pelatih kepala Timnas U-19 Indra Sjafri di Maiyah menjadikan topik yang rada-rada sufistik ini kemudian dielaborasi dengan sepak terjang skuad Timnas U-19.

Sebelum mendiskusikan topik di atas, Jama’ah Maiyah terlebih dahulu mendiskusikan tentang makaryo, salah satu filosofi orang Jawa yang bermakna spirit untuk berkarya. Dalam khazanah kebudayaan Jawa, makaryo berkonotasi produktif sedangkan kalau kerjo (kerja, red) berkonotasi mekanis.

Lebih jauh, makaryo menitikberatkan pada keseimbangan antara pemenuhan hak dan kewajiban. Apabila kita menuntut banyak hak di dalam aktivitas hidup, maka niscaya kita harus memenuhi pelbagai kewajiban yang kita tanggung. Keselarasan antara hak dan kewajiban bisa menjadi cikal bakal kesuksesan.