Perempuan pemahat gerimis lebih bisa memahami
bau nafas air. Ia seperti pasar malam, yang tahu,
kapan harus bergegas saat langit mulai kelabu
Sepanjang jalan berkubang ia taburi kasturi
biar aroma lidah lelaki yang tumpah di tanah
menuju udara saat gerimis membasahi kota
Pelan-pelan ia melukis kisah di tanah basah
perihal cinta, benci, dan setumpuk kebohongan
pun kerinduan yang disayatnya nyaris terpenggal
Kini gerimis membatu, membisu, berbiak angkuh
dan menawarkan kecemburun di setiap malam
pada perempuan yang memangkas kenangan
*alun-alun kidul, 08-04-2011