Pages

Selasa, 05 November 2013

Berkenalan dengan Masa Lalu





“Masa lalu biarlah masa lalu”, begitu kira-kira lirik dari sebuah lagu. Lagu ini cukup populer di telinga masyarakat tanah air. Dalam dunia psikologi khususnya bidang terapi istilah “masa lalu” juga merupakan istilah yang tidak asing baik bagi kalangan ilmuan psikologi, terapis bahkan bagi seorang klien. Terdapat ungkapan terjebak pada masa lalu, tidak bisa terlepas dari masa lalu, masa lalu yang suram dan sebagainya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan masa lalu dalam konteks terapi? Apakah perlu untuk mengakses masa lalu kita?

Masa lalu dalam konteks terapi, berbeda dengan masa lalu seperti yang dimaksud dari penggalan lirik lagu di atas. Masa lalu bukanlah semata-mata peristiwa yang telah lalu tetapi lebih pada peristiwa unik yang membekas pada usia anak-anak. Kenapa usia anak-anak? Pada usia anak-anak critical factor belum terbangun. Setiap hal yang ditangkap, kejadian positif ataupun negatif masuk tanpa filter karena belum berkembangnya faktor kritis. Ibaratnya seperti kaleng diisi hal bermacam-macam tanpa saringan.

Saat usia dewasa, bisa saja terdapat problem psikis yang berkelindan dengan kejadian yang terjadi di masa lalu. Namun yang perlu dipahami, kejadian yang terjadi di masa lalu belum menjadi masalah saat kejadian itu pertama muncul. Hal ini lebih pada efek bola salju dari sebuah kejadian tertentu di masa lalu yang diikuti oleh kejadian-kejadian yang mirip. Pada awalnya bola salju itu kecil setelah lama menggelinding dari atas ke bawah akan menjadi bola salju yang besar. Apabila bergesekan dengan sebuah momen psikologis tertentu tidak menutup kemungkinan akan menjadi masalah yang serius.