Pages

Minggu, 14 September 2014

Tantangan Etis Media Sosial


Publik dunia maya sempat dihebohkan oleh status Florence Saulina Sihombing di situs pertemanan Path yang dianggap menghina warga Yogyakarta. Tanpa menunggu waktu lama, status tersebut mendapatkan kritikan pedas dari para pengguna media sosial yang lain dan sampai pada taraf cyber-bullying. Tak hanya itu, beberapa LSM yang mengaku mewakili warga Yogyakarta sempat membawa kasus tersebut ke ranah hukum dengan delik penghinaan, pencemaran nama baik, dan provokasi.

Kasus ini bermula pada saat Florence sebagai pemilik akun meluapkan kekecewaannya terhadap panjangnya antrian BBM di salah satu SPBU di Yogyakarta. Kekesalan yang bernada hinaan tersebut ia ungkapkan lewat situs pertemanan, di luar dugaan seseorang mengunggah screenshot statusnya dan kemudian para netizen beramai-ramai mem-bully di media sosial. Meski sudah meminta maaf, apa daya sebagian orang sudah terlanjur tersinggung atas perbuatannya.

Terlepas dari pro dan kontra terkait penanganan kasus, fakta ini menunjukkan tampaknya masyarakat netizen belum sepenuhnya memiliki kesadaran etis dalam berinteraksi di media sosial. Berkaca pada kasus ini, beberapa pengguna tidak bisa mengontrol diri pada saat berinteraksi dan berekspresi seperti berkomentar sarkastis begitu juga dengan mem-bully. Apapun alasannya, ini tindakan yang memprihatinkan karena pihak yang di-bully bisa mengalami trauma.

Arti Penting Belajar Ulumul Qur'an



Seperti halnya pepatah, “tak kenal maka tak sayang”, maka untuk menyayangi dan mencintai Al-Qur'an adalah dengan mengenalnya secara lebih dekat. Salah satu cara untuk mengenal Al-Qur'an secara lebih dekat adalah dengan mempelajari segala aspek keilmuan yang bisa menunjang pemahaman kita terhadap Al-Quran dan menambah kemantapan hati kita ihwal kebenaran Al-Qur'an.

Terdapat beberapa bidang keilmuan untuk mengenal Al-Qur'an secara lebih intim, yakni ilmu yang terkait dengan pengumpulan Al-Qu'ran, proses pewahyuan, asbabun nuzul, nasikh-mansukh, makki-madani, dsb. Menurut Prof. Quraish Shihab di majalah “Ulumul Qur'an”, segala aspek keilmuan yang mendukung pemahaman dan bukti kebenaran Al-Quran masuk kajian Ulumul Qu'ran.

Selasa, 02 September 2014

Transformasi Spiritual Melalui Dzikir


Judul Buku: Psikologi Dzikir
Penulis: M.A. Subandi. PhD
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tahun Terbit: Agustus 2009
Tebal: 310 halaman.

Kehidupan manusia tidak luput dari yang namanya peperangan, baik peperangan fisik maupun peperangan batin. Aspek peperangan fisik merupakan suatu tragedi berkepanjangan, efeknya bisa meluluhlantakkan peradaban umat manusia. Sedangkan peperangan batin efeknya juga bisa meluluhlantakkan kehidupan umat manusia dengan tumpulnya hati nurani. Peperangan fisik terjadi disebabkan oleh congkak dan kesombongan yang telah mengamputasi hati nurani. 

Aspek fisik dan batin merupakan entitas yang melekat pada diri orang –orang yang mengaku beragama. Sedangkan perilaku beragama yang menyisakan tragedi sudah lama mengakar dalam masyarakat. Bahkan, hal itu tidak hanya menimpa umat Islam saja, tetapi juga terjadi pada umat agama lain. Perkembangan ini tidak memuaskan kebutuhan batin mereka, bisa dilihat dengan perilaku-perilakunya yang masih kering kerontang. Agama terasa sebatas hal yang sifatnya ritual yang dilakukan bukan untuk kebutuhan melainkan kewajiban yang mencekik.

Peran Televisi Bagi Pendidikan



Judul       : Televisi sebagai Media Pendidikan       
Penulis     : Drs. Darwanto, S.S
Penerbit   : Pustaka Pelajar
Cetakan   : Januari 2007
Tebal       : 345 Halaman


Televisi saat ini menjadi teman terdekat bagi masyarakat, sekaligus teman curhat yang selalu menemani waktu senggang maupun saat punya kesibukan. Sebagai salah satu media yang canggih, televisi dapat memberikan informasi yang cepat dari berbagai peristiwa yang terjadi di belahan dunia lewat akses visual dan audiovisual. Acara yang ditawarkan pun sangat beragam dan memikat hampir seluruh penonton yang melihatnya, mulai kalangan anak-anak, remaja, dewasa, bahkan kaum lanjut usia.
Dari sini dapat kita lihat dan rasakan, bahwa kecenderungan masyarakat Indonesia, dihadapkan pada kenyataan yang tidak dapat terelakkan, bahwa berbagai kebudayaan asing, yang tidak semuanya sejalan dengan kebudayaan kita, telah masuk dalam kehidupan kita. Hal ini perlu dicermati sebagai peluang yang efektif untuk mencerdaskan bangsa ini, agar tidak terjebak pada tontonan yang dapat mengkerdilkan pola pikir, cara hidup, dan segala aksen lifestyle masyarakat.

Bangkit Melalui Perubahan



Judul Buku        : Let’s Change!
Penulis               : Rhenald Kasali
Terbitan             : Kompas
Tebal                 : x + 278 hlm
Cetakan             : Februari, 2014
ISBN                 : 978-979-709-794-3


Problem mendasar yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kesadaran kolektif dari pelbagai elemen untuk bangkit dari situasi krisis yang menghambat kemajuan bangsa seperti perilaku korupsi yang semakin menghabituasi, hutang luar negeri yang kian menumpuk, sistem birokrasi yang lamban, konflik sosial dan sebagainya. Tak dapat disangkal bahwa minimnya komitmen bersama guna keluar dari beban krisis membuat negara ini seperti berjalan di tempat sehingga tertinggal dari negara-negara lain.

Belenggu yang tampak di permukaan dan menjadi kendala berlarut-larutnya krisis adalah kinerja para aparatur negara alias pemangku jabatan di lingkungan pemerintahan yang tak kunjung membaik. Tidak hanya di pemerintahan tingkat pusat, pejabat-pejabat di tingkatan daerah juga turut menyumbang lambannya restorasi birokrasi, mengabaikan asas profesionalisme dengan lebih mementingkan prestise dibandingkan dengan prestasi. Terlebih lagi, disharmoni merebak di segala sektor.

Senin, 01 September 2014

Desa Kasengan, Calon Pencetak Arsitek


Sudah menjadi tradisi, pada setiap momen lebaran idul fitri saya pergi silaturrahim ke rumah famili. Lebaran tahun ini (2014, red), momennya berbeda, karena saya pertama kali pergi silaturrahim bersama isteri. Rute silaturrahim pun lebih luas dari biasanya, yang pada awalnya hanya  ke sanak keluarga saya sendiri kini juga berkunjung ke sanak keluarga isteri.

Salah satu tempat yang saya kunjungi adalah daerah Kasengan, Kec. Manding. Desa Kasengan adalah rumah famili isteri saya, letaknya berada di barat daya Asta Tinggi yang notabene makam raja-raja Sumenep. Desa Kasengan merupakan kawasan yang subur, hal ini bisa terlihat dari banyaknya petani yang menanam cabe, sebuah tanaman yang butuh banyak asupan air.

Untuk berkunjung ke Desa Kasengan, saya dan isteri tidak membutuhkan waktu yang lama karena kawasannya tidak jauh dari Kota Sumenep. Jalur utama menuju Kasengan adalah 2 jalur, bisa dari arah Kota Sumenep atau dari jalur utara yaitu kawasan Ambunten dan Rubaru. Akses untuk menuju desa ini juga mudah dan ramai. Kondisi aspal jalan juga baik walaupun jalannya tidak begitu lebar.